Kamis, 13 Oktober 2016

"Komunikasi Ilmiah Sebagai Sarana Penyebaran Pengetahuan"

      Pada dasarnya manusia merupakan makhluk yang diciptakan secara unik karena diberikan perbedaan dengan makhluk ciptaan-Nya yang lain. Manusia dikaruniai dan diberikan akal pikiran dan rasa ingin tahu yang digunakan untuk berpikir terhadap sesuatu di sekitarnya. Pikiran manusia inilah yang menimbulkan rasa ingin tahu dan akan terus mengalami perkembangan selama manusia tersebut memanfaatkannya dan mengasahnya.
     Dalam sarana ilmiah yang merupakan alat untuk membantu kegiatan ilmiah, bahasa merupakan salah satu sarana dan berpengaruh karena mengingat bahasa merupakan sebuah alat berkomunikasi. Hal ini digunakan dalam proses berpikir itu sendiri dan untuk mengkomunikasikan pengetahuan yang didapat kepada pihak lain. Sebagai manusia yang tidak dapat hidup sendiri atau lebih dikenal sebagai mahluk sosial, manusia itu saling membutuhkan dan harus berkomunikasi dengan yang lain. Komunikasi yang dilakukan ini adalah suatu upaya untuk menyatakan atau menyampaikan informasi dan lain-lain agar dapat dipahami dan diketahui oleh orang lain. Dan proses komunikasi dapat dikatakan efektif jika pesan atau informasi yang akan disampaikan oleh seorang komunikator sama dengan yang didapatkan oleh komunikan.
       Mari terlebih dahulu kita mengetahui apa itu komunikasi ilmiah. Menurut Priyanto (2016) bahwa komunikasi ilmiah merupakan sistem yang menghasilkan pengetahuan melalui penemuan dan kerjasama (collaboration). Sedangkan menurut Prahastuti (dalam Siswadi, 2009) menjelaskan tentang asal kata komunikasi ilmiah berdasarkan pendapat Corea. Diijelaskan bahwa komunikasi berasal dari kata latin "communicare" yang artinya membuat jadi biasa, berbagi, mengimpor dan mentranmisikan dan selanjutnya dari kata ini muncul kata communication, communicate, communicator dan sebagainya. Sedangkan istilah ilmiah (scholarly atau scientific) umumnya digunakan untuk kegiatan yang berhubungan dengan penelitian atau investigasi, khususnya dalam lingkungan ilmuwan dan peneliti.
Komunikasi ilmiah juga mempunyai beberapa fungsi. Menurut Kirez (dalam Prahastuti, dalam Siswadi, 2009) tentang beberapa fungsi komunikasi ilmiah:
  1. Fungsi sertifikasi yang berhubungan dengan pengesahan kualitas penelitian dan standar ilmiah di dalam program penelitian;
  2. Fungsi registrasi/pendaftaran yang menghubungkan penelitian tertentu dengan ilmuwan individu yang kemudian mengklaim prioritas untuk penelitian tersebut. Fungsi ini berhubungan erat dengan perlindungan kepemilikan, sistem penghargaan, dan pada jangkauan yang luas akan mempengaruhi dinamika sosial dalam sistem;
  3. Fungsi kesadaran yang mengarah pada kebutuhan informasi;
  4. Fungsi pebgarsipan, fungsi ini berhubungan dengan penyimpanan dan aksesibilitas informasi.
Bahkan di komunikasi ilmiah juga mempunyai komponen yang berhubungan dan berkaitan erat. Komponen players dalam sistemnya (scholarly communication system): (Priyanto, 2016)
  1. Authors
  2. Editors
  3. Publishers
  4. Distributors
  5. Librarians, dan
  6. Readers
        Apalagi di era serba teknologi informasi seperti ini, komunikasi ilmiah juga berkembang lebih modern dan langsung bisa diakses. Untuk mencapai komunikasi ilmiah yang baik, sebaiknya seorang ilmuwan dapat menyampaian hasil penelitian dan dibutuhkan beberapa persyaratan. Chadorow (dalam Siswadi, 2009) mengungkapkan hal ini dalam sistem komunikasi ilmiah di bidang kesehatan.
  1. Situs (website) yang diperuntukkan untuk diskusi ilmiah dimediasikan oleh  seorang moderator (gatekeepers). Fungsi moderator dapat mengontrol jalannya diskusi di antara kelompok kepentingan;
  2. Sistem memerlukan dukungan biaya dengan batas kebutuhan khususnya untuk peserta komersial. Kondisi ini dapat dikaitkan dengan biaya infrastruktur dan juga langgana online jurnal;
  3. Sistem memerlukan dukungan cara untuk tulisan ilmiah dalam format catalog elektronik yang dapat dimanfaatkan sebagai rujukan dan juga untuk pelestarian bagi generasi selanjutnya. Hal ini dapat dalam bentuk digital file yang diakses melalui sarana penelusuran elektronik dalam hal ini OPAC (online public access catalog)
  4. Sistem memerlukan satu cara untuk jalur kontribusi para ilmuwan  dan mungkin dalam bentuk praktek secara bertahap. Ini penting agar komunikasi tidak putus di tengah jalan.
Digitalasi membawa perubahan besar untuk komunikasi dalam proses penelitian dan publikasi (Giersberg, 2014). Dalam wawancara Giersberg kepada Lambert Heller menjelaskan bagaimana perpustakaan sains mengiringi perkembangan ini. lalu apa perkembangan terpenting dalam komunikasi ilmiah modern?
     "Sejak ada Internet, para ilmuwan mengumumkan hasil penelitian mereka online. Itu bukan saja     mempercepat dan menyederhanakan komunikasi para ilmuwan di antara mereka, tetapi juga mengubah pola komunikasi dunia. Informasi seputar kerja kaum ilmuwan kini dapat diketahui secara luas. Selain itu, kita bisa mengamati bahwa batas antara kerja para ilmuwan dan kerja kalangan awam berminat telah menjadi kabur dalam lima sampai sepuluh tahun terakhir. Association for Psychological Science, misalnya, secara eksplisit meminta para anggotanya untuk ikut menulis di Wikipedia. Dan para blogger ilmiah pun – yang biasanya berlatar belakang akademis, tetapi tidak melakukan penelitian sendiri – merupakan contoh yang bagus" (Heller, 2014)

     Jika dikaitkan dengan perpustakaan sebagai suatu unit kerja yang berisi bahan pustaka untuk mencari sumber informasi sebaiknya mendukung komunikasi ilmiah itu sendiri. Digitalisasi sangat berpengaruh dan membawa perubahan besar bagi perpustakaan.Di jaman canggih sekarang ini perpustakaan sebaiknya bisa untuk mengembangkan kemampuan dalam menyebarkan, menerbitkan dan mengumpulkan informasi untuk membangun perpustakaan yang lebih maju. Lewis (dalam Siswadi, 2009) menjelaskan bahwa perpustakaan dapat berperan dalam komunikasi ilmiah dengan melalui melalui beberapa cara berikut ini:
  1. Digitalisasi koleksi khusus. Saat ini beberapa perpustakaan perguruan tinggi sudah melakukan digitalisasi koleksinya dan hasilnya dapat diakses dengan mudah;
  2. Membangun tempat penyimpanan (repositories) yang menyediakan akses dan mengarsip data serta dokumen digital yang dihasilkan dari karya-karya hasil penelitan dan untuk kepentingan perguruan tinggi tersebut.
  3. Menyedikan infrastruktur untuk publikasi dengan akses terbuka (open access), khususnya akses ke jurnal ilmiah. Untuk kegiatan ini berhubungan erat dengan penerbit universitas, tetapi apabila penerbit universitas tidak melakukannya maka hal tersebut dapat dikerjakan sendiri tanpa campur tangan mereka.
      Jadi dengan seiring perkembangan jaman yang semakin modern perpustakaan sebaiknya didukung teknologi informasi supaya lebih nyaman dalam mencari, mendistribusikan serta berkomunikasi antar individu maupoun penyebaran informasi atapun pengetahuan.


Sumber:

Giersberg, Dagmar. 2014. Komunikasi Ilmiah: Layanan Untuk Ilmu Pengetahuan 2.0 <https://www.goethe.de/ins/id/id/kul/mag/20440896.html> Diunduh tgl 11 Oktober 2016

Kebutuhan dan Perilaku Pencarian Informasi, Komunikasi Ilmiah, Open Access dan Perkembangannya. sesi 7 disampaikan pada Perkuliahan MK Isu-Isu Kontemporer Informasi MIP UGM Rabu, 22 September 2016 oleh Dr.Ida Fajar Priyanto,Ph.D

Siswadi, Irman. 2009. Perpustakaan Sebagai Mata Rantai Komunikasi Ilmilah (Scholarly Communication). Majalah Visi Pustaka, Edisi Vol. 11, No. 1. April 2009. <http://www.perpusnas.go.id/magazine/perpustakaan-sebagai-mata-rantai-komunikasi-ilmilah-scholarly-communication/> Diakses tgl 10 Oktober 2016