Senin, 19 September 2016

Fenomena Generasi C

Gambar 1
Seorang anak yang sedang menggunakan gadget
   Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) membawa perubahan yang besar dalam berbagai kehidupan. Terutama kemajuan di bidang komputer dan internet telah mempercepat terjadinya perubahan yang besar pada individu-individu dalam berkomunikasi, mencari serta bertukar informasi. Jaman sudah berubah sudah tidak seperti dahulu sebulum teknologi booming seperti sekarang ini. Perubahan yang sangat cepat ini membawa dampak yang luar biasa terhadap segala hal dan informasi yang ada. Terjadilah perubahan-perubahan sosial yang dikarenakan oleh teknologi itu sendiri. Bisa dikatakan seperti teknologi itu menjauhkan yang dekat dan menjadikan yang dekat seperti jauh. Tapi semua itu kembali tergantung dari penggunanya. Era digital membuat perilaku berubah, kini manusia sudah jarang bertatap muka secara langsung atau fisik. Hal ini juga mendorong gaya baru atau perubahan dari semua kehidupan. Di era digital seperti sekarang ini yang apa-apa serba digital dan semua tersambung dengan internet telah melahirkan Generasi C. Dibawah ini ada gambar survey dari APJII tentang pengguna digital di Indonesia pada bulan Januari 2016.
Gambar 2
Digital in Indonesia
Terlihat jelas dari seluruh total penduduk di Indonesia dari 259.1 juta telah menggunakan intenert secara aktif sebesar 88.1 juta, lalu penggunga aktif sosial media sebesar 79.0 juta, handphone yang selalu terhubung sebesar 326.3 juta, dan pengguna aktif sosial di handphone sebesar 66.0 juta. Ini menunjukkan angka pengguna yang terhubung ke internet di Indonesia sangatlah besar. Dikarenakan bisa setiap individu mempunyai dan menggunakan gadget lebih dari satu.
    Generasi C sendiri adalah mereka yang selalu terhubung dan terbiasa dengan teknologi informasi dan selalu menggunakan perangkat, serta tidak memandang umur. Anak-anak, remaja, dewasa, maupun tua mereka selalu terhubung ke internet dan menggunakannya. Mereka sangat aktif dan partisipatif menjelajah dunia online baik lewat komputer maupun ponsel.  Dikarenakan generesai C ini sifatnya yang terhubung dan terekspose oleh jaringan informasi, maka mereka sangat cepat berubah mengikuti arus informasi yang diterima. Maklum saja mereka tak hanya fanatik pada satu sumber informasi saja.
    Menurut Priyanto (2016) Generasi C ini bisa timbul karena beberapa hal yaitu karena atas respon masyarakat atas teknologi informasi, the need to connect (mereka mempunyai kebutuhan untuk terkoneksi, the need to collaborate (mereka membutuhkan untuk berkolaborasi), dan pengaruh dari Digital Darwinism. Generasi C ini juga membuat apa yang dulu dianggap sebuah privasi dan personal sekarang menjadi terbuka dan menjadi konsumsi publik. Bila zaman dulu orang selalu curhat di buku harian yang sangat rahasia lengkap beserta dengan gemboknya, namun kini semua serba terbuka.  Mmereka bebas menulis apa saja yang didengar, lihat, dan dirasakan. Mau opini, curhat, soal asmara, rumah tangga, semua ditulis. Semakin dilihat orang, semakin ditanggapi, maka akan makin bangga. Tak cukup hanya di sini, masih dilengkapi dengan foto dan rekaman video. Apalagi narsis? mereka memang narsis. Mungkin dulu makan ya tinggal makan tak perlu ini itu namun kini rasanya hari itu belum lengkap bila tak up-date status. Ini masalah eksistensi, ini adalah soal panggung kehidupan, semua bebas mewarnainya. Generasi C selalu dibentuk oleh content dan sangat kecanduan jejaring sosial. Suka sibuk sendiri, multi tasking, jauh tapi dekat, dekat tapi sebenarnya jauh. Jadi jangan heran bila sekarang ini kita sering melihat lawan bicara kita yang terkadang tak konsen dengan apa yang kita bicarakan saat itu juga karena dia sedang asyik sendiri. Tangan dan matanya selalu tak lepas dari gadgetnya. Dunia digital tanpa sengaja menyeret penggunanya untuk menciptakan dunianya sendiri.
Selain itu terdapat pula ciri-ciri dari Generasi C: (Priyanto, 2016)

  • Hyper connected
  • Constantly researching for information
  • Information overload and short attention spans
  • Distrust of brand messages and traditional advertising
  • Influenced by peer reviews and key influencers
  • Part of a community/tribe
  • Like to share
  • High expectations -expect brands to engage not broadcast
  • They are in control and they know it
  • Intelligent and make informed decisions based on the value of online content and the online customer experience
  • Narcissistic? Yes –to some extent but not all

Sumber:

Gambar  1 <http://www.greenbookblog.org/wp-content/uploads/2013/09/digital-native-def.jpg>

Gambar 2 Cahyani, Mufida, Futri Fuji Wijayanti, dkk. 2016. Parenthink di Era Generasi Menunduk. <https://www.academia.edu/25254285/PARENTHINK_DI_ERA_GENERASI_MENUNDUK_OLEH_MUFIDA_CAHYANI_FUTRI_FUJI_WIJAYANTI_MIFTAKHUL_RESTI_LARAS_GILANG_PARINDRA> Diunduh tgl 8 September 201

Kualitas, Nilai, dan Metriks Informasi. sesi 4 disampaikan pada Perkuliahan MK Isu-Isu Kontemporer Informasi MIP UGM Kamis, 8 September 2016 oleh Dr.Ida Fajar Priyanto,Ph.D

5 komentar:

  1. Generasi yang terkoneksi menjadikan komunikasi lebih cepat dan mudah. Ini boleh dikatakan sebagai kesempatan untuk saling mengisi dan saling berbagi. Tinggal bagaimana kita menyikapi kemudahan berjejaring ini.

    BalasHapus
  2. mak nyuss.. dg koneksi dan fisilitas sekarang smua jd lbh mudah y mb,, ngerjain tugas bareng bs pke ggle doc, ato drive yg bs buat pnympnan bersma,, mngkin tar interaksi fce to fce dg kawan jd sswt yg mahal..

    BalasHapus
  3. wow tulisan Resty masuk di halaman pertama percarian google untuk kata kunci "digital" keren.

    BalasHapus
  4. because they like to share and they like to create everything so they also called as a Content Creator Generation or born online generation etc

    BalasHapus
  5. SHARE...SHARE...AND SHARE...berujung pada overshare nantinya, kalo tidak hati-hati. Mantap tulisan Mb Resti, great job

    BalasHapus